15/08/09

PESAN TERAKHIR IMAM HASAN AL BANNA


Bismillahirrahmaanirrahiim

Wahai MUJAHID DAKWAH!

Puluhan tahun lamanya, pendengaran, pergaulan, ketekunan, kegiatan berjuang, karena jerih payah dan banting tulang yang tiada hentinya, engkau telah kaya dengan pengalaman. Engkau sekarang telah jadi. Engkau telah memiliki pengertian dan ukuran, engkau telah turut menentukan jarum sejarah seperti orang lama. Engkau telah sampai pula ke batas sejarah, kini dan nanti.

Engkau telah memenuhi hidupmu dengan tekun dan sungguh, ikut memikul yang berat menjinjing yang ringan, membawa batubata untuk membangun gedung Ummat ini. Engkau tebus semua itu dengan cucuran keringat dan airmata, kesengsaraan dan penderitaan. Kawan hidupmu yang menyertaimu dalam segala suka dan duka, telah tak ada lagi. Ia tak sempat menghantarmu sampai ke batas perhentian. Tengah jalan dia pulang, dan engkau ditinggalkannya di daerah kesepian. Di atas kuburnya telah tumbuh rumput, daunnya subur menghijau. Bunga suci aku lihat tumbuh pula di atas pusara sepi itu. Tangan siapa gerangan yang menanamnya, aku tak tahu. Biarkan dia tumbuh menjadi. Akan tiba juga masanya bunga suci itu mekar-mengumtum. Eva dan Sofia akan memetik dia kelak, akan mempersunting dia penghias sanggulnya. Sudikah engkau menulis nisan-kenangan di atas kuburnya, sebagai tanda pembalas jasa, karena dialah sahabat penolong engkau di medan bakti?


Wahai MUBALIGH ISLAM!

Tanganmu telah ikut menulis sejarah. Sejarah perjuangan Umat, sejarah menegakkan Cita dan Agama, Benang yang engkau sumbangkan telah memperindah sulaman tarik dari Umat ini. Engkau kini telah menemui bentukmu, sesuai dengan bakat dan kodratmu. Engkau tidak lagi anak kemarin, tetapi anak kini dan akan pulang lagi meninggalkan tempat ini. Sebagai seroang Juru bicara Umat Islam, engkau telah mempunyai ukuran dan alat penilai; sampai di mana kita dan hendak ke mana lagi. Pengalaman yang engkau peroleh dan perjalanan yang jauh, akan berguna dan bermakna dalam mencari kemungkinan bagi berlangsungnya perjuangan Cita ke depan. Keyakinan yang engkau miliki, jalan panjang yang engkau tempuh selarut selama ini, getir yang engkau derita, segala itu dapat engkau pakai untuk merumuskan bagaimana lagi perjuangan Umat Islam ke depan setelah ini. Paparkanlah semua itu kepada generasi muda yang akan mengganti engkau!


Ambillah kesimpulan dan kekeliruan dan kegagalan masa lampau. Belajar dari masa lalu, terutama belajar dari kekeliruan dan kegagalan yang engkau alami sendiri, dan teman seiringmu juga. Bukankah kerap engkau benar dalam pendirian tapi salah dalam perhitungan? Benar dalam prinsip tapi keliru dalam cara? Kejujuran dalam perjuangan memesankan, agar kita mengakui terus terang kekeliruan dan kelemahan diri. Yang demikian itu penting untuk menyusun paduan masa datang, mengendalikan kehidupan Cita dan Agama. Dalam kekeliruan, kita dapat mengambil makna dan guna. Kita keliru kerana kita telah berbuat. Ruh-intiqadi yang engkau miliki, janganlah pula engkau pakai untuk melenyapkan segala harga dan nilai, dan angkatan lama yang telah berbuat itu. Mereka adalah anak dan zamannya, dan telah memenuhi tugasnya pula. Cahaya dan pelita lilin yang lemah serta lembut itu perlu juga dihargai, kerana ia teiah berjasa memecahkan sudut-sudut yang gelap.


Wahai si JURU DAKWAH!

Kini engkau telah sampai ke tonggak sejarah. Di atas pendakian sunyi tidak kesibukan, terletak pesanggarahan lama, petilasan orang lalu setiap waktu. Dan tempat itu hidup kenangan lama. Masa lalu penuh keharuan dan kenangan. Duri dan derita, dera dan kepapaan, keringat dan airmata. Tapi ia indah dalam kenangan dan lukisan kalbu. Engkau pandanglah masa depan dengan Basyirah, dengan horizon yang tajam. Memanjang jauh ke muka, sampai ke kaki langit. Tahukah engkau, bahawa engkau hanyalah sebuah mata dan rantai sejarah yang panjang itu? Telah lalu beberapa kafilah dan kehidupan yang sayup, dan mereka telah berbuat sesuai dengan zamannya. Sungai airmata dan titisan darah sepanjang jalan yang membentang dan pangkal hingga ke ujung yang tidak kelihatan, adalah kalimat yang memberitakan, bahawa angkatan silam telah mengembangkan sayap kegiatan mereka dengan segala kesungguhan dan kepenuhan.

Romantik dan heroik zaman silam masih menggemakan genta suara di tengah sahara kekinian, meninggalkan pesan kehidupan yang penuh dan menyeluruh kepada angkatan kemudian. Daftar para Syuhada’ itu telah panjang, dan dalam perut bumi telah memutih tulang sebagai saksi kepada yang hidup, bahwa mereka telah datang dan telah pulang tidak sia-sia. Dan celah-celah kuburnya kedengaran juga suara halus memuat amanah perjuangan kepada generasi kita yang masih hidup. Dan lihatlah pula kafilah hidup yang sudah mendesak juga ke batas perhentian. Masa kini rupanya “lah laruik sandjo” bagi mereka, dan waktu pamitan tak lama lagi.


Wahai si TUKANG SERU!

Entah berapa lagi jatah umar engkau yang masih tinggal, kita tak tahu. Tahukah engkau, pekerjaan besar ini tidak akan selesai di tangan engkau? Sejarah berjalan terus, lampau dan datang, kini dan nanti. Tahukah engkau, bahwa dibelakang kalimat sejarah itu belum ada titik? Masa yang akan datang penuh rahasia, tersimpan dalam kandungan ghaib, misteri gelap bagi kita. Masa silam dapat engkau baca dalam halaman sejarah; masa yang akan datang masih gelap tak ada yang tahu? Tahukah engkau, kumandang zaman datang dapat juga kita ketahui dan puncak zaman sekarang? Dalam kekinian mengandung juga roman zaman yang akan tiba.

Engkau kini berada di antara dua ufuk yang bertentangan, dua kutub yang tidak serupa. Engkau kini berada antara idealisme dan realisme dunia. Idealisme yang engkau miliki dan realisme dunia yang engkau hadapi. Antara kedua kutub itu engkau tetap dalam lensa sorotan. Lensa sorotan sejarah yang berjalan terus dan senantiasa. Sanggupkah engkau berlalu di tengah-tengah dua kutub yang bertentangan ini? Masih kuatkah kaki engkau berjalan di antara dua dunia yang saling bertentangan itu?


Wahai MUSAFIR yang sedang lalu!

Jalan ini masih panjang, rantau masih jauh! Dengan Al-Quran ditangan kanan dan kain kafan di tangan kiri, teruskanlah perjalanan ini. Berjalan dan melihat ke muka, menggunakan sisa umur yang masih ada. Entah bila akan sampai ke tempat perhentian, engkau tak tahu, — aku pun tidak. Di tengah laut lepas dan luas, pencalang ramping itu telah jauh ke tengah. Awan menyerang kiri dan kanan, gelombang mengganas dan badai menghempas. Pencalang ramping itu naik turun mengikut amukan air. Juru mudi mendapat ujian. Bergerak melawan arus, pesan seorang pemimpin, dijadikan pedoman dalam hati. Kemudi dan pimpinan bertanggungjawab atas keselamatan pelayaran ini. Kini kita telah jauh berada ditengah. Pelabuhan tempat bertolak tiada kelihatan lagi, sedang ranah-tanah tapi belum juga tampak.


Wahai MUJAHID ISLAM!

Akhirnya pelayaran ini sampai juga ke pantai, berkat jurumudi yang piawai memegang pimpinan. Engkau dan Umat ini kini harus berjalan kaki, menggunakan tenaga diri sendiri. Tak ada orang penolong selain Dia semata, yang melindungi kita dan awal mula sampai hari ini. Jalan masih panjang, rantau Cita masih jauh. Ufuk-ufuk baru kelihatan juga, tambah dijelang tambah jauh rasanya. Kafilah itu lalu dan berjalan terus, menempuh laut sahara tiada bertepi. Sunnah perjalanan alam membawa kata pasti: setelah malam kelam ngeri ini fajar pagi yang indah akan menyingsing. Di atas asap yang tebal, terbentang langit cerah yang biru. Gelap dan gelita alam, lapisan kabus tebal dan berat. Di halaman langit tak ada bintang. Berfikirlah sejenak dan melihatlah ke atas ada sebutir terang mengirim sinar ke bumi. Sebuah bintang itu jadilah, kerana ada pedoman bagi kafilah di tengah sahara luas. Pelaut yang arif selalu mendapat alamat dan sebutir terang di halaman langit.


Wahai UMAT RISALAH!

Dengarlah suara Bilal bergema dari ufuk ke ufuk! Dengarlah seruan adzan bersahut-sahutan dari Menara ke Menara! Renungkanlah suara Takbir berkumandang di mana mana, memanggil Umat ini dengan kalimat sakti: Hayya ‘alah Syalah! Hayya ‘ala! Falah! Marilah Shalat, marilah Menang! Engkau pandanglah Umat Jama’ah itu berdiri bersyaf-syaf di belakang seorang Imam, Ruku’ dan Sujud bersama-sama. “Suatu pandangan dari udara atas dunia Islam pada saat shalat, akan memberikan pemandangan dan sejumlah lingkaran konsentrasi yang terdiri dan kaum Muslimin, dengan jari-jarinya yang bertitik-pusat di Ka’bah di Mekah, dan yang terus mengambil tempat yang lebih luas, dan Sierra Leone sampai ke Kanton dan Toboisk sampai Tanjung Pengharapan”, — demikian Philip K. Hitti melukiskan kaum Muslimin dikala menyembah Tuhannya.


Engkau lihatlah mereka di dalam Masjid yang sudah tua tidak terurus, surau yang hampir roboh kerana tekanan masa, dengan sepi di tengah sawah; dengan pakaian yang compang-camping dan tenaga lemah, masih berdiri menegakkan Shalat. Kaum Muslimin itu masih tetap melakukan ‘ibadah kepada Tuhannya, memanjatkan doa ke hadirat Ilahi semoga segera datang tangkisan ghaib dan udara menolong kaum yang lemah ini. Wahai Tuhanku, kalaulah adalah di antara Umat ini yang berhak menerima Ridha dan Ma’unahMu, — kalau adalah di antara Umat ini yang berhak menerima bantuanMu, mereka itulah dia! Merekalah yang berhak menerima gemilang sayang Mu dan arahan Rahim Mu: menegakkan yang lemah, mengangkat kaum yang tertindas!


Wahai UMAT DAKWAH!

Amanah perjuangan itu kini jatuh ke tangan kaum yang lemah Dhu’afa dan Fuqara; tenaga lemah dan dana tak ada. Di tangan kaum yang lemah itu tersimpan kekuatan Umat ini. Rahasia kejayaan dan kemenangan, bulat seluruhnya dalam genggaman mereka. Innama tunsyaruna wa turzaquna bidlu ‘afaikum! (Hadis). Kamu akan mendapat kemenangan hanya dengan bantuan kaum yang lemah di antara kamu. Bimbinglah tangan Umat ini kembali, bawa mereka ke jalan yang benar! Jangan dibiarkan Umat ini ditelan kesepian; jangan dibiarkan Umat ini ditakuti oleh hantu-kesangsian, tanpa pimpinan. Hidupkan terus api idealisme dan kembangkan senantiasa optimisme dan enthousiasme. Sinarkan apatisme dan fatalisme, lenyapkan defaitisme, menyerah kepada keadaan atau menjadi budak dan kenyataan! Denyutkan kembali jantung Ummat ini! Wajarkan kembali aliran darah Tauhid mereka! Tuhan telah menjanjikan karunia dan bantuan kepada kaum yang lemah, kaum yang tertindas di bumi.


Wahai UMAT PILIHAN !

Kamu adalah kaum Muslimin, nama pilihan dan panggilan kehormatan yang diberikan Tuhan dari dahulu sampai hari ini. Kamu bukanlah golongan “mustalimin” kaum yang menyerah — kalah kepada kenyataan. Sebagai Umat yang beriman, hadapi kenyataan hidup ini dengan kesadaran dan keinsyafan, kewaspadaan dan keperwiraan. Hadapilah kenyataan di bumi dengan ketenangan jiwa dan keyakinan hidup! Hanya dengan ketenangan jiwa dan keyakinan hidup, hanya dengan Sakinah dan Muthamainah itulah kamu bermakna dan berguna hidup di tengah-tengah manusia di dunia. Hanya dengan ‘Aqidah yang kuat dan qa’idah yang jelas, kamu dapat menempuh kehidupan ini. Hanya dengan Wijhah hidup yang tegak dan khitah perjuangan yang cerah serta terang, kamu dapat membawa Umat ini ke tepi ufuk ke Ridhaan Ilahi. Tegakkan ‘Aqidah Islamiah dalam dada Umat, suburkan “Ibadah!” Susun Umat ini dalam pola Jama’ah menurut tauladan Sunnah, akhiri Firqah! Jama’ah adalah kekuatan dan kesatuan; Firqah adalah kelemahan, remuk dan kehancuran. Hamparkan kembali tikar Ukhwah Islamiah dan Ukhwah Imaniyah di kalangan Umat Islam ini, tanamkan Mahabbah dan Marhamah!


Wahai ANGKATAN KINI!

Tak lama lagi engkau akan kembali pulang, memberi laporan kepada Tuhan, mempertanggungjawabkan segala amal, jasa dan karyamu di dunia. Tinggalkan tempat perjuangan ini kepada generasi muda yang akan datang mengganti. Hidupkan dinamik dan militansi muda Islam, yang akan menggantikan kamu setelah kamu tak ada, yang akan meneruskan pekerjaan yang belum selesai ini. Janganlah kamu hendak hidup seperti pohon beringin besar, yang ingin hidup sepanjang abad, dan tidak memberi kesempatan kepacla tunas-tunas baru tumbuh dan menguntum di sekeliling. Risalah dan Amanah ini tidak akan selesai di tangan engkau sendiri. Susun dan sediakan Tenaga Baru, yang berbakat dan berkarekter, yang akan melanjutkan perjuangan ini dengan segala keyakinan dan keperwiraan. Tahukah engkau, salah satu sebab dan kelemahan Umat Islam ialah tiadanya atau kurangnya kadar yang berwatak, kadar pemikir dan pejuang yang sanggup menggantikan angkatan lama? Tulang dan tenagamu yang sudah semakin lemah, jatah umurmu telah semakin kurang memesankan kepadamu supaya mencari ganti dihari kini. Patah tumbuh hilang berganti; jangan ada “vacuum” pimpinan atau fathrah pedoman kelak terjadi di kalangan Umat Islam.


Wahai ANGKATAN BARU!

Siapkanlah dirimu untuk menggantikan angkatan tua, mereka akan pulang tak lama lagi. Janganlah engkau menjadi pemuda kecapi suling, yang bersenandung meratapi tepian yang sudah runtuh, mengenangkan masa silam yang telah pergi jauh. Janganlah engkau membuat kekeliruan lagi seperti pernah dilakukan oleh angkatan yang engkau gantikan. Teruskan perjalanan ini dengan tenaga dan kakimu sendiri. Dada bumi cukup luas untuk menerima kehadiranmu. Penuhilah segenap udara ini dengan kegiatan dan ketekunan, sungguh dan penuh. Hadapilah tugas mahaberat ini dengan jiwa besar, dengan dayajuang api semangat yang nyalanya kuat dan keras. Pupuklah Ruhul-Jihad, semangat revolusioner, radikal dan progressif dalam jiwamu, dan bertindaklah sebagai laki-laki dengan perhitungan yang nyata dan pertimbangan yang matang.


Perkayalah dirimu dengan meneladan kepada masa silam, di mana ada yang rebah dan ada yang bangun, ada yang jatuh dan terus berdiri lagi. Kamu tidak boleh menjadi “plagiator” dari angkatan lama, dan tidak boleh pula menepuk dada serta meniadakan segala harga dan nilai, jasa dan karya dari angkatan lama. Mereka kaya dengan pengalaman, engkau kaya dengan cita-cita. Padukanlah pengalaman angkatan lama dengan nyala citamu! Sejarah ini telah lama berjalan bergerak dan berkembang. Kamu hanyalah tenaga penyambung menyelesaikan perjungan yang belum selesai. Meneruskan pekerjaan besar, sundut bersundut, dan keturunan yang satu kepada keturunan yang lain, angkatan kemudian angkatan. Kafilah hidup ini adalah ibarat gelombang di lautan; menghempas yang satu, menyusul yang lain; memecah yang pertama datang yang kedua. Sedarilah posisi dan fungsimu dalam sejarah, dan lakukanlah tugas suci ini dengan pengertian, keyakinan dan kesabaran! Insafilah kedaulatanmu sebagai Pemuda Angkatan Baru, yang hendak menggantikan manusia tua angkatan lama. Tidaklah sama dan serupa antara kedua angkatan zaman itu, kerana sejarah berjalan sentiasa menurut hukum dinamika dan hukum dialektika.


Wahai UMAT QUR’AN!

‘Aqidah dan Wijhah hidupmu menyuruh engkau tampil ke depan, mengkutbahkan, “Suara Langit” di bumi. Isilah fungsimu dengan kegiatan dan kesungguhan; jalankan Amanat ini dengan segala kepenuhan dan ketekunan. Dunia dan Kemanusiaan menunggu pimpinan dan bimbinganmu. Bumi menantikan “Cahaya Langit” yang mampu menyapu kegelapan. Jaga dan peliharalah jangan sampai “jambatan” ini runtuh, agar hubungan Bumi dengan Langit tidak patah atau terputus.

(1) Qum, Faanzir !

Bangkit dan berdirilah, susun barisan dan kekuatan. Barisan dan kesatuan Umat. Canangkan seruan dan ancaman. Seruan kebenaran dan ancaman kebinasaan jika menolak atau menentang kebenaran. Gemakan sentiasa Kalam Ilahi, kumandangkan selalu suara dan seruan kebenaran. Sampai peringatan ini ke telinga segala Insan! Gempitakan kepada dunia dan kepada manusia ajaran agama Tauhid, ajaran Cita dan Cinta.

(2) Worabbaka fakabbir

Besarkan Tuhanmu, di atas segala! Tiada kebenaran yang menyamai KebesaranNya. Tiada kekuasaan yang menyamai KekuasaanNya. Tiada urusan atau kepentingan yang lebih dan urusan dan kepentingan menjalankan perintahNya. Kecil semuanya dihadapan Allahu Akbar. Fana, lenyap dan binasa segala dalam ke BaqaanNya. Tiada ketakutan selain dari azab, siksaNya yang akan menimpa. Tiada harapan selain dan ke RidhaanNya belaka. Tiada kesulitan apabila ruh telah bersambung dengan Maha Kebesaran dan Maha Kekuasaan Tuhan yang Tunggal itu.

(3) Wathiabaka fathahhir!

Bersihkanlah dirimu, lahir dan batinmu! Hanya dengan kesucian ruh jua Amanah dan Risalah ini dapat engkau jalankan. Risalah dan Amanah ini adalah suci. Dia tidak boleh dipegang oleh tangan yang kotor, jiwa yang berlumur

dosa dan noda. Hanyalah dengan kesucian ruh engkau dapat memikul tugas dan beban berat ini. Sucikanlah dirimu, lahir dan batin, baru engkau ajar manusai menempuh tugas dan beban berat ini. Thahirum muthahir suci dan mensucikan, itulah peribadi Mukmin yang sejati. Tangan yang berlumur darah maksiat tidak mungkin akan berbuat khairat kepada dunia dan manusia. Jiwa yang kotor dan penuh dosa tidak mungkin akan memberikan isi dan erti dunia dan manusia.

(4) Warrujza fahjur !

Jauhilah maksiat, singkiri mungkarat! Dosa itu akan menodai dirimu, akan menghitamkan wajah riwayatmu. Engkau tidak akan sanggup menghadap, jika mukamu tebal dan hitam dengan dosa dan maksiat, Namamu akan cemar dihadapan Rabbi, kalau laranganNya tidak engkau singkiri dan jauhi. Bersihkanlah keluargamu, saudaramu dan tetanggamu, masyarakat bangsamu dari maksiat mungkarat dosa dan noda. Bangsa dan Negaramu akan karam-tenggelam dalam lembab kehancuran dan kebinasaan, jikalau maksiat dan mungkarat telah menjadi pakaiannya. Makruf yang harus tegak dan mungkar yang harus roboh, adalah program perjuanganmu. Al-Haq yang mesti dimenangi dan bathil yang harus dibinasakan, adalah acara dan jihadmu.

(5) Wala tumnun tastakthir’

Janganlah engkau memberi karena harapkan balasan yang banyak! Jalankan tugas ini tanpa mengharap balasan dan ganjaran dari manusia ramai. Menjalankan tugas adalah berbakti dan mengabdi, tidak mengharapkan balasan dan pujian, keuntungan benda dan material. Kekayaan manusia tidak cukup untuk “membalas” jasamu yang tidak ternilai itu. Bukankah tanpa engkau, masyarakat ini akan kering dari ketiadaan Iman, kepercayaan dan, pegangan? Bukankah tanpa engkau, masyarakat ini lenyap ditelan kesepian, tiada suluh dan pelita? Bukankah tanpa engkau, hidup ini akan kerdil; hidup kehampaan dan segala kehampaan, kerana tiada Iman dan Agama? Kalau tidak adalah “penyuluh-penyuluh” baru datang ke dunia seperti engkau, alam ini seluruhnya akan tenggelam dalam kegelapan, kesepian dan kehampaan. Jalankan tugas ini kerena hanya mengharapkan ke Ridhaan Tuhanmu jua.

(6) Walirabbika fasybir !

Kerana Tuhanmu, hendaklah engkau sabar! Lakukanlah tugas dan kewajipan ini dengan segala kesabaran dan ketahanan. Sabar menerima musyibah yang menimpa, ujian dan cobaan yang datang silih berganti. Sabar menahan dan mengendalikan diri, menunggu pohon yang engkau tanam itu berpucuk dan berbuah. Tidak putus asa dan hilang harapan atau kecewa melihat hasil yang ada karena tidak seimbang dengan kegiatan dan pengorbanan yang diberikan. Hanya Ummat yang sabar yang akan mendapat kejayaan sejati dan kemenangan hakiki. Hanya Ummat yang sabar yang akan sampai kepada tujuan.


Haza dzikrun!

Inilah enam peringatan dan enam arahan! Untuk Mujahid Dakwah. Syahibud Dakwah, si Tukang Seru. Bukankah tanpa engkau, masyarakat ini lenyap ditelan kesepian, tiada suluh dan pelita? Bukankah tanpa engkau, hidup ini akan kerdil; hidup kehampaan dan segala kehampaan, kerana tiada Iman dan Agama? Kalau tidak adalah “penyuluh-penyuluh” baru datang kedunia seperti engkau, alam ini seluruhnya akan tenggelam dalam kegelapan, kesepian dan kehampaan. Jalankan tugas ini kerana hanya mengharapkan ke Ridhaan Tuhanmu jua...(dikutip dari kitab "Usroh wa Da'wah": Imam Hasan Al Banna)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar