05/02/09


Ukuran hurufUrgensi Aspek Ruhiyah Bagi Kader Dakwah Menuju Kesuksesan Tarbiyah[1]

Oleh: Muhammad Triono

Barangkali kita pernah mendapati ada kader dakwah yang cukup handal dalam pengetahuan dan wawasan keislamannya namun minus dalam aspek ruhiyah. Pengetahuan dan wawasan keislamannya hanya mampu memberinya petunjuk tentang sebuah pemecahan persoalan dan kebenaran tetapi ia tidak mampu menghayati persoalan dan kebenaran tersebut. Seorang yang minus aspek ruhiyah seperti itu akan tampak kuat dalam pengembangan penalaran dan intelektualitas, namun "kering" dalam penjiwaan nuansa-nuansa sentuhan religius.

Ia hanya memiliki kekayaan warna pemikiran, namun miskin dalam emosionalitas keagamaan yang mampu memberi warna dalam pribadinya. Ketajaman analisis berpikir yang dimilikinya tidak diikuti dengan kecemerlangan hubungannya dengan Al-Khaliq, Allah SWT, dan ketinggiannya dalam akhlak. Kenyataan ini patut disayangkan.

Aspek ruhiyah adalah suatu kesadaran tentang eksistensi Allah SWT dengan segala sifat-Nya dan keterkaitan serta hubungan seseorang dengan Allah SWT yang mewarnai seluruh perilakunya. Aspek ruhiyah juga meliputi sejauh mana upaya seorang hamba dalam mendekati Tuhannya. Aspek ruhiyah akan memberi jiwa dalam tingkah laku yang dimunculkan oleh bentuk lahir manusia. Aspek ruhiyah adalah unsur dalam dari sebuah pemunculan perilaku manusia dalam kehidupannya.

Indikasi bahwa seseorang memiliki aspek ruhiyah yang kuat adalah adanya sikap ketergantungan yang sangat tinggi terhadap Allah SWT. Ia menjadikan Allah SWT sebagai satu-satunya tujuan dalam segala hal yang dibarengi dengan kegigihan dan kesungguhannya dalam mengerjakan sebuah aktivitas. Ia berupaya keras untuk selalu mengisi kehidupannya dengan kebajikan dan perbuatan yang bermanfaat. Ia juga berupaya meninggalkan keburukan dan hal-hal yang tidak berguna. Ia gemar menjalankan ibadah-ibadah sunnah. Perangainya sangat terjaga dan merupakan cerminan dari akhlak karimah seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

Seorang kader dakwah yang memiliki aspek ruhiyah yang kuat adalah seseorang yang mampu memberi makna terhadap setiap peristiwa yang terjadi dalam hubungan dirinya dengan Tuhannya dan segala kekuasaan yang dimiliki-Nya. Ia akan merasakan keberadaan Tuhan dalam berbagai peristiwa yang terjadi dan fakta-fakta yang disaksikannya.

Aspek ruhiyah akan selalu memberi motivasi terhadap seseorang dalam kehidupannya. Ia merupakan bara semangat dalam beraktivitas yang yang tidak mudah padam. Karena itu, kekuatan ruhiyah adalah kekuatan luar biasa yang dimiliki oleh seseorang.

Betapa penting aspek ruhiyah bagi seorang kader dakwah. Ia mampu menjaga dari rasa frustasi dan putus asa ketika seseorang mengalami kekecewaan dan kegagalan. Aspek ruhiyah juga akan menjaga dari kegembiraan yang berlebihan dan rasa takabur apabila mengalami keberhasilan, kebahagiaan dan kemenangan. Aspek ruhiyah akan menjaga dari rasa malas berkelanjutan dalam beraktivitas dakwah.

Aspek ruhiyah juga akan memberikan semangat keberanian dengan mengharap perlindungan dan pertolongan kepada Allah SWT. Aspek ruhiyah akan mengobati hati seorang kader dakwah dari "sakitnya" dan menuntunnya dari gelap kepada terang-benderang. Aspek ruhiyah juga akan memberikan kesabaran dan keteguhan untuk tetap istiqomah dalam berda'wah. Aspek ruhiyah akan memberikan optimisme dan harapan terhadap masa depan dakwah. Aspek ruhiyah akan membangkitkan semangat berkorban yang tinggi yang diiringi dengan keyakinan kuat bahwa Allah SWT akan memberikan balasan yang lebih baik lagi.

Aspek ruhiyah akan menggerakkan seorang kader dakwah untuk menyerap segala pertolongan dan kekuatan dari Allah SWT melalui segenap perilaku dan keutamaan ibadah-ibadahnya. Aspek ruhiyah akan mengundang datangnya petunjuk dan bimbingan dari Allah SWT melalui kesungguhan memohon penjelasan dalam melangkah di jalan da'wah. Aspek ruhiyah akan membangkitkan simpati dari obyek dakwah, bahkan bukan tidak juga dari musuh dakwah, karena keutamaan perangai dan perilakunya. Aspek ruhiyah akan mendatangkan segala bantuan dan kelebihan bagi seorang kader dakwah dalam menjalani dunia dakwahnya.

Apabila organisasi gerakan dakwah terdiri dari individu-individu yang kuat dalam aspek ruhiyahnya dan dijadikannya aspek ruhiyah itu sebagai salah satu hal yang diperhatikan, maka oraginsasi ini akan memiliki kelebihan dan keunggulan dalam menjalani gerakan dakwahnya. Tidak sedikit pertolongan dan bantuan Allah SWT akan diberikan kepada organisasi tersebut dalam mencapai keberhasilan dan kemenangannya. Inilah peran penting aspek ruhiyah bagi sebuah organisasi gerakan dakwah.

Agar terbentuk aspek ruhiyah yang kuat pada seorang kader dakwah, maka diperlukan pembinaan ruhiyah (tarbiyah ruhiyah) secara berkesinambungan. Karena itu organisasi gerakan dakwah harus memiliki program pembinaan ruhiyah bagi para kadernya. Pembinaan ruhiyah ini dapat dilakukan melalui penyampaian materi-materi yang mengantarkan kepada pemahaman tentang Allah SWT beserta segala sifat dan kekuasaan-Nya, penjelasan tentang kehidupan akhirat, janji-janji dan ancaman Allah kepada manusia dan sebagainya.

Pemberian pemahaman harus diiringi dengan pembiasaan praktek-praktek ibadah (mulai dari yang fardhu sampai dengan ibadah-ibadah sunnah yang utama), membiasakan untuk introspeksi diri (muhasabah), pengenalan kekuasaan Allah SWT pada alam semesta secara langsung dan lainnya yang bersifat praktis. Juga jangan dilupakan tentang penanaman akhlak karimah dengan segala keutamaannya.

Jika ingin mencapai kelebihan dan keberhasilan, pembinaan ruhiyah tidak boleh diabaikan oleh gerakan dakwah. Sekalipun pembinaan ruhiyah bukanlah satu-satunya pembinaan yang harus dilakukan, namun pengabaian terhadap pembinaan ruhiyah akan berakibat kepada tidak utuhnya sebuah gerakan dakwah. Agar diperoleh pribadi-pribadi muslim paripurna sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah SWT dan Rasul-Nya, maka pembinaan ruhiyah harus dilakukan dengan sebaik-baiknya dan secara berkesinambungan.

Namun perlu diingat bahwa untuk mencapai aspek ruhiyah yang kuat pada seseorang bukanlah pekerjaan yang mudah dan waktu yang singkat. Gerakan dakwah harus bersungguh-sungguh, penuh kesabaran yang berkelanjutan dalam melakukan pembinaan ruhiyah terhadap kader-kadernya. Jerih payah ini suatu saat nanti akan menampakkan hasil. Insya Allah

Meraih Kesuksesan Tarbiyah di Era Jamahiriyah Dakwah

Parameter Kesuksesan dalam Tarbiyah

Kesuksesan adalah kata yang menjadi obsesi seseorang dalam melakukan aktivitasnya. Mereka akan mengerahkan segenap usaha dan kemampuan untuk mencapainya. Namun penilaian orang tentang ukuran kesuksesan bermacam-macam. Sehingga banyak orang memberikan patokannya masing-masing untuk menilai seseorang atau suatu kegiatan itu dipandang sukses. Ada yang memandang dari segi banyaknya hasil keuntungan finansial yang didapat. Ada pula yang berpatokan pada banyak sedikitnya orang yang terlibat. Ada pula yang menilai pada rasa kepuasan ketika melakukan sesuatu. Dan masih banyak lagi patokan-patokan lainnya.

Parameter kesuksesan ini sebagai alat untuk mengukur keberhasilan seseorang melakukan sesuatu. Agar apa yang akan dan sedang dilakukan dapat dievaluasi dengan seksama dan terukur. Baik kegiatan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari atau kegiatan yang berhubungan dengan usaha perniagaan atau kegiatan lainnya termasuk juga aktifitas tarbiyah ini. Berbicara tentang kesuksesan tarbiyah ada baiknya kita melihat paparan QS. Al Fath: 29 yakni:

Tampaknya itulah yang menjadi parameter kesuksesan tarbiyah sebagaimana yang telah dilakukan Rasulullah SAW. dalam membina manusia hingga mendapatkan pengakuan dari Allah SWT. sebagai generasi manusia yang terbaik. Bila kita telaah ayat tersebut paling tidak kita akan temukan parameternya sebagai berikut:

1. Hubungan yang harmonis antara murabbi dengan mutarabbi begitu pula sebaliknya hubungan yang harmonis dalam tarbiyah ini maksudnya

2. Rasa nyaman dalam tarbiyah

3. Kekuatan ruhiyah

4. Karakteristik kader yang kokoh

5. Produktif

6. Pemberdayaan dan pemfungsian kader

7. Meraih ridha dan magfirah Allah SWT.

Tarbiyah, Menyongsong Peradaban Masa Depan

Kisah Umar bin Abdul Aziz yang memerintah kaum muslimin dalam waktu yang relatif singkat dapat membangun peradaban umat Islam dan manusia secara keseluruhan

Ada enam pondasi untuk membangun Peradaban Tarbiyah;

1. Tegaknya keadilan (Iqamatul adl)

Sikap Rasulullah SAW. ketika menerima Usamah bin Zaid RA. Yang meminta keringanan sangsi atas perbuatan seorang pemuka Kabilah Bani Khuza’ah yang melakukan pelanggaran (pencurian), lalu Rasulullah SAW. Dengan tegas menolak permintaan dispensasi tersebut dengan mengatakan bahwa generasi terdahulu hancur lantaran meninggalkan sanksi bagi para pembesar yang melakukan pelanggaran akan tetapi apabila kalangan jelata yang melakukannya maka diberlakukan sangsi. Oleh karena itu demi Allah jika Fatimah binti Muhammad melakukan pelanggaran aku yang akan mengeksekusinya.

2. Sikap dan perilaku antar manusia secara ihsan (Al Ihsan)

Islam mengajarkan untuk menyemarakkan alam semesta dengan nilai-nilai kebaikan. Nilai kebaikan bahkan agar dirasakan untuk semua kalangan. Karena prinsip Islam untuk kemaslahatan bersama.

3. Saling menghubungkan tali silaturahmi antar sesama (Ita’ dzil qurba)

4. Menjauhkan diri dari perbuatan keji (al Ibti’ad anil ma’shiyah)

5. Mencegah kemungkaran (An Nahyu anil mungkar)

6. Tidak ada permusuhan (Adamul ‘Itida’)

Pilar pengokohnya ada lima

1. Memenuhi janji kepada Allah (al wafa bil uhud)

2. Tidak menggugurkan komitmen (adamu naqdhil mitsaq)

3. Kesatuan dan persatuan (al iitihad wal wihdah)

4. Mengokohkan hidayah dari Allah (al hidayah minallah)

5. Bersabar dalam amal (as shabru alal amal)

Mengalirlah Bagai Air
"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al-Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman" (Qs. Ali Imran : 100)

Ayat di atas diturunkan berkenaan dengan sikap para sahabat setelah perang Badar, mereka duduk-duduk santai sambil menceritakan kehebatan masing-masing diri dan sukunya dalam peperangan yang baru usai. Kondisi ini dimanfaatkan orang kafir untuk menyulut kembali persoalan masa lalu yang telah mereka pendam, yakni fanatisme kesukuan. Akhirnya muncullah sikap saling membanggakan diri dari kelebihan mereka masing-masing di waktu perang Badar. Percikan ini mengakibatkan amarah dari masing-masing pihak yang bertikai untuk membuktikan siapa sebenarnya yang paling hebat. Bahkan nyaris akan terjadi bentrokan besar antar mereka.

Berita ini sampai juga kepada Rasulullah saw. Beliau prihatin dengan kondisi yang terjadi di antara mereka karena permasalahan ini, padahal dengan ajaran Islam para sahabat telah diselamatkan dari permusuhan dan konflik kesukuan kepada persaudaraan dan persatuan dalam Islam. Menyadari kondisi ini akan membahayakan eksistensi kaum muslimin maka beliau menyikapinya dengan memberikan kesibukan kepada para sahabat terhadap aktifitas dakwah. Kesibukan para sahabat ternyata mampu meredam konflik internal yang akan membahayakan diri mereka dan kaum muslimin pada umumnya. Sejak peristiwa itu amaliyat dakwah beruntun diperintahkan Allah SWT kepada mereka.

Apabila kita memperhatikan peristiwa yang terjadi di kalangan sahabat tadi, merupakan teguran untuk kita semua agar selalu berbuat dan menindak lanjutinya dengan aktifitas lain setelah selesai mengerjakannya. Di samping itu jeda aktifitas setelah sibuk dengan berbagai kegiatan apalagi yang berkaitan dengan amal dakwah dan tarbiyah akan membawa dampak negatif sedikit atau banyak.

Ketika mengingat kejadian di atas, terlintas dalam benak pikiran saya barang kali banyak bermunculannya permasalahan konflik internal lantaran adanya jeda yang cukup lama dari aktifitas yang kerap dan biasa kita lakukan. Kemudian saya teringat apa yang dinasehatkan Syekh Mustafa Masyhur "janganlah kalian lupa bahwa titik tolak berangkat kalian bermula dari aktifitas tarbiyah". Nasihat syekh ini menegaskan bahwa aktifitas yang sekarang ini kita rasakan kenikmatannya, kita petik buahnya, kita raih hasilnya, dan kita rambah berbagai wilayah dan gedung bermula dari aktifitas tarbiyah. Aktifitas yang membentuk diri kita seperti sekarang ini.

Mencermati aktifitas dakwah dan tarbiyah beberapa waktu yang lalu mengalami penurunan, sehingga terjadi ketumpulan dalam pengelolaan dan peningkatan produktivitas dakwah dan tarbiyah. Penurunan ini tidak boleh berlarut-larut akan tetapi harus segera kembali pada penyadaran diri untuk berada pada jalan yang benar dalam amaliyah ini. Jalan yang benar dalam aktifitas dakwah dan tarbiyah ini adalah melakukan taf'il tarbawi (optimalisasi tarbiyah) dan ta'shil tarbawi (kembali pada orisinalitasnya tarbiyah) agar meraih produktivitasnya demi kejayaan Islam. Mengingat dua sasaran yang mesti dicapai perlu mengembalikan semangat dan stamina dakwah dan tarbiyah kita dengan mengingat hal-hal berikut :

1. Menyadari bahwa kesempatan yang diberikan Allah SWT. tidak akan terulang kembali.

Imam 'Athaillah Sakandari memaparkan dalam kitabnya Taajul 'Aruus, bahwa kesempatan yang diberikan Allah SWT. tidak akan berulang. Ia datang menjumpai manusia sekali saja, karenanya orang yang tidak memanfaatkan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya termasuk orang-orang yang pandir.

Kesempatan yang diberikan pada kita sangat banyak sekali untuk melakukan kebajikan namun sering kali kita mengabaikannya. Saat ini kita masih diberikan peluang untuk beramal dalam dakwah dan tarbiyah. Betapa banyak tugas yang bisa kita kerjakan. Merekrut manusia agar mendapatkan hidayah selanjutnya dapat mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupannya.

Memberdayakan kesempatan yang kita miliki diperlukan modal besar. Modal besar itu adalah kecerdasan dan kedewasaan dalam bersikap. Dengan kecerdasannya ia akan mengendalikan dirinya serta mampu memeta aktivitasnya guna meraih manfaat di masa yang akan datang. Rasulullah SAW bersabda bahwa orang cerdas adalah orang yang mampu mengendalikan diri dan berbuat untuk hari esok. Dengan kecerdasan dan kedewasaan dalam bersikap ini kita dapat mengukir kesempatan itu dengan berbagai amal mulia.

2. Aktifitas yang stabil dan dinamis memberikan kesehatan menyeluruh.

Selanjutnya adalah mendinamiskan dan menstabilkan amal yang kita kerjakan. Kegiatan yang dinamis dan stabil akan memberikan dampak kebaikan, di antaranya kesehatan yang menyeluruh; kesehatan ruhiyah, fikriyah dan jasadiyah. Imam Syafi'i Rahimahullah memberikan pelajaran yang baik dan bijak dalam masalah tersebut. Menurut imam terkemuka ini, air yang diam tergenang akan cepat rusak dan dapat kembali baik jika dialirkan. Karena air yang mengalir mengaktifkan susunan molekul yang ada di dalamnya.

Islam mengibaratkan kehidupan seorang mukmin bagaikan tubuh yang saling terkait satu organnya dengan organ lain. Aktifitas organ yang dinamis ditandai dengan gerakan yang terarah dan terukur. Gerakan-gerakan ini memberikan kehangatan pada setiap elemennya. Kehangatan itu berarti tanda adanya kehidupan yang akan memberikan manfaat besar baginya.

Dalam kaidah dakwah dikenal satu kaidah yang berbunyi Alharakah barakah (gerakan akan memberikan keberkahan). Dengan kaidah ini kita meyakini bahwa keberkahan akan didapat bila ada gerakan-gerakan yang dinamis. Oleh karena itu saatnya kita berbuat……berbuat………dan berbuat. Bukan menjadi penonton, bukan pula mengomentari orang lain, bukan pula menyalahkan keadaan, serta bukan pula menjadi orang yang bingung untuk berbuat.

3. Balasan Allah SWT. bagi orang yang berbuat.

Allah SWT. akan membalasi orang yang berbuat setimpal dengan mutu perbuatannya malah lebih besar lagi. Sudah barang tentu hal ini agar mendorong kita untuk berbuat lebih baik lagi. Sikap Allah Orientate ini hendaknya menjadi dasar perbuatan kita agar kita terhindar dari sikap putus asa bila tidak dapat merasakan jerih upayanya dan tidak sombong ketika meraih hasilnya. "Dan masing-masing orang memperoleh derajat seimbang dengan apa yang mereka kerjakan. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan". (QS. Al An' am : 132). "Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan" (QS. An Nahl : 97).

4. Berbuat mewariskan sesuatu yang terbaik kepada generasi yang akan datang.

Warisan merupakan peninggalan kepada generasi yang akan datang. Mewariskan sesuatu yang baik menjadi sebuah kemestian. Bahkan Islam menandaskan agar khawatir dan cemas bila meninggalkan generasi yang lemah dan terbelakang. Apabila kita menyimak sejarah orang terdahulu yang diabadikan dalam QS. Al Baqarah : 132 – 134 maka kita temukan bahwa mereka mempersiapkan bekalan-bekalan yang baik kepada generasi berikutnya. Bekalan itu untuk mengokohkan tugas dan tanggung jawab generasi yang akan datang supaya dimudahkan Allah SWT untuk menunaikannya.

Syekh Mustafa Masyhur telah menyatakan: Dauruna qad madha wa saya'ti daurukum (era kami telah lewat dan akan datang era kalian). Pernyataan ini secara implisit menyiratkan bahwa para pendahulu dakwah ini telah memberikan bekalan dan arahan kerja dalam dakwah ini kepada kita untuk ditindak lanjutinya. Betapa banyak bekalan yang telah mereka berikan pada kita, namun apakah kita telah berbuat dalam dakwah dan tarbiyah ini agar menjadi warisan bagi generasi berikutnya. Atau akankah kita digugat oleh generasi yang akan datang lantaran karena kita belum berbuat. Memperhatikan besarnya tanggung jawab kita terhadap dakwah dan tarbiyah saat ini maka perlu kita sikapi dengan sebuah tekad: mengalirlah jangan berhenti…..! Wallahu A’lam Bishawwab.


[1]Disampaikan dalam acara Temu LDK se-Lampung dan MABIT Ramadhan 1429 H Sesi Kuliah Ramadhan di STAIN Metro. Sabtu, 13 September 2008.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar