06/10/09

FITRAH


Salah satu kegembiraan lain yang dirasakan oleh kaum beriman yang menjalankan ibadah shaum Ramadhan dengan iman dan penuh harap akan ridha Allah adalah suka cita Idul Fitri.

Merekalah yang layak mendapatkan ‘kemenangan’ setelah sebulan penuh berjuang melawan hawa nafsunya, meningkatkan amal ibadahnya, mentadabburi kitab sucinya, menghidupkan malam-malamnya dengan qiyamul lail. Rasa syukur inilah yang terpancar dari keceriaan Idul Fitri.

Tak heran jika Rasulullah menganjurkan kita untuk saling mengucapkan, “Taqabbalallahu minna wa minkum” ketika bersua sesama Muslim. Semoga Allah menerima (amal) dari kami dan dari anda. Sebuah bentuk kerendahhatian yang ritmis. Pengharapan besar pada Dzat Yang Maha Rahim, agar Ia menerima amal dan ibadah kita yang tak seberapa.

Dari sekian banyak pengertian Idul Fitri yang muncul, dibahas para ulama dalam kitab-kitab mereka, semuanya bermuara pada satu tujuan; kembalinya sang hamba kepada kesucian (fitrah) karena adanya jaminan bahwa mereka yang berpuasa –selama Ramadhan– semata-mata karena Rabb-Nya, akan diampuni dosa-dosanya yang lampau.

Terampuninya dosa adalah salah satu harapan terbesar manusia. Karena sebagai makhluk yang kerap disebut sebagai tempat salah dan dosa, ‘bonus’ pembersihan dan pencucian diri setahun sekali itu tentu saja sangat berarti. Maka berbahagialah mereka yang dapat menggunakannya sebaik dan semampunya, dan merugilah mereka yang lalai dan lupa.

Kembali kepada ‘fitrah’ hanya dapat dilakukan dengan berlaku lurus dalam menjalankan tugas sebagai Muslim dan hamba, bukan dengan cara lain. Allah sendiri yang menegaskan, “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu… (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS ar-Ruum: 30)

Kehidupan dunia telah membius sebagian besar manusia sehingga mereka lupa akan fitrahnya; bertauhid dan beriman kepada Allah SWT. “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunanan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi…” (QS al-A’raaf: 172).

Oleh sebab itu, kesempatan untuk ‘kembali’ kepada fitrah yang disediakan setahun sekali lewat gemblengan Ramadhan, sangat tidak layak disia-siakan. (sumber: www.sabili.co.id)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar